Psikologi Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru


MAKALAH
Psikologi Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
Dosen Pengampu: Ibu Dra. Nur Wahyumiani, M.A.
Oleh:
Annas Nur Kholis / 12144600022
Niko Dian Mahardika / 12144600019
Yuliningsih / 12144600039
Kelas A1-12

PRORAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam menyusun makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah study Psikologi Pendidikan. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari walaupun makalah ini sudah dibuat secara maksimal, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal yang perlu disempurnakan. Untuk itu kami mohon maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menerima kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, September 2013


Penyusun



BAB II
PEMBAHASAN

  1. HAKEKAT PSIKOLOGI
Sebelum membahas mengenai psikologi pendidikan, terlebih dahulu akan dibahas masing-masing pengertian dari psikologi dan pendidikan. Secara etimologis, psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Psyche” yang berarti jiwa atau roh, dan “logos “ yang berarti ilmu pengetahuan. Jika dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu pengetahuan yang memepelajari tentang jiwa atau roh ( yang mana hal tersebut tidak bisa dilihat atau diketahui secara empiris ).
Kalau kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yaitu adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak.
Psikologi bukan hanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sesuatu yang abstrak atau tidak bisa dilihat melaikan psikologi adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia sebagai satu kesatuan antara jasmani dan rohani.
Dalam psikologi hendak menyelidiki, apa sebenarnya manusia? Mengapa ia berbuat atau bertindak demikian? Apa tujuannya ia berbuat demikian?
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia. karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda. Diantara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu, diantaranya sebagai berikut. Seperti yang dikemukakan oleh Woodworth : psychology studies the individual’s activities in relation environment ( R.S. Woodworth and DC Marquis, 1995:3).
Menurut crow and crow psikologi diartikan sebagai berikut : psychology is the study of human behavior and human relationship ( crow & crow, 1958:6 ). Dari batasan tersebut jelas bahwa yang dipelajari oleh psikologi adalah tingkah laku manusia yaitu ilmu yang mempelajari cara berinteraksi dengan alam luar baik manusia atau non manusia:hewan, iklim, kebudayaan, dll.
Para ahli psikologi mempelajari pula tentang tingkah laku hewan seperti tikus, anjing, serangga dan lain sebagainya. Penyelidikan terhadap hewan itu dilakukan dalam hubungan penyelidikan terhadap tingkah laku manusia.
Sedangkan Sartain mengatakan bahwa “psycologhy is the scientific study of behavior of living organism, with especial attention given to human behavior “ yaitu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme hidup terutama tingkah laku manusia. Pendapat lain mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.
Menurut aliran behaviorisme, psikologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang menekankan kepada perilaku manusia (perbuatan dan ucapannya baik yang dipelajari maupun tidak dipelajari) sebagai pokok masalah kajian, adapun yang menjadi obyek material dari kajian psikologi adalah : perilaku manusia yang nampak ( overt behavior ) yang bersifat obyektif dan dapat diamati, dan perilaku yang tidak nampak ( covert behavior ).
Caplin (Syah, 1997 / hal. 8) mendefinisikan psikologi sebagai “the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment” (Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld (Sarwono dalam Syah, 1997 / hal.8) mendefinisikan psikologi sebagai studi tentang hakikat manusia. Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997 / hal.8) membatasi psiklogi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”.
Dr. Singgih Dirgagunarsa mengemukakan bahwa ” Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa :psikologi adalah pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, dan kehendak.
Terdapat dua pandangan pokok yang mendominasi psikologi yakni :
  1. Aliran humanistik, yang memandang bahwa dengan mempelajari perasaan, motif dan keinginan akan lebih memahami manusia dan tingkah lakunya.
  2. Aliran behaviorisme modern, yang mengatakan bahwa studi tentang tingkah laku yang diamati bukan perasaan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan secara terminologi psikologi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia lewat gejala-gejala jiwa yang tampak dalam dirinya sebagai hasil dari penggunaan segala sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri.
Psikologi mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia, tetapi tingkah laku dan pengalaman manusia sangatlah kompleks, untuk itu para ahli psikologi tidak hanya mempelajari atau mencoba untuk mengerti tingkah laku manusia secara sederhana, tetapi berpikir tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tingkah laku.

  1. HAKEKAT PENDIDIKAN
Selanjutnya pendidikan adalah suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, kepala sekolah, administrator, masyarakat (stakeholders) dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secar efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku manusia, kelompok maupun sosial sekaligus dapat menunjukkan perilaku nya secara efektif dan efisian dalam proses pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10) Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut McLeod (Syah, 1997 / hal. 10) dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidikan) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). .
Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Tardif (Syah, 1997 / hal. 10) Secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Secara luas dan representatif, pendidikan ialah the total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s experience (seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan).
Menurut Dictionary of Psychology (Syah, 1997 / hal. 11) Pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes etc. Usually the term is applied to formal institution. Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah, madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.
Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1997 / hal. 11) Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Pada dasarnya pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003  adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Sedangkan menurut H. Horne, “pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh pendidik kepada perkembangan peserta didik untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita- cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya. Bahkan menurut definisi di atas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).


  1. HAKEKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Selanjutnya pengertian psikologi pendidikan adalah sebagai berikut. Psikologi Pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar sangat berkaitan dengan penguasaan sains serta seni dan keahlian mengajarnya.
Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.
Psikologi Pendidikan, menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi dan bukan psikologi itu sendiri. Para ahli menganggap bahwa psikologi pendidikan tidak memiliki konsep, teori dan metode tersendiri.
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Sedangkan psikologi pendidikan secara sederhana menurut Barlow (1985) adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sunber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif. Definisi psikologi pendidikan yang dikemukakan oleh Barlow tersebut lebih memberikan tekanan pada sekitar proses interaksi antara guru sebagai pengajar dan siswa sbagai objek yang belajar didalam kelas.
Sementara psikologi pendidikan menurut Tardif (1989) , adalah sebuah bidang studi yang berhubungan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan mencakup :
1.  Context of teaching and learning (berhubungan dengan situasi dan tempat terjadinya proses belajar dan mengajar).
2.  Process of teaching and learning (berhubungan dengan tahapan-tahapan dalam proses belajar mengajar).
3. Outcomes of teaching and learning (berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai dalam proses belajar dan mengajar).
Definisi ini menekankan bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, maka psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yaitu :
1. Siswa, yaitu individu yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang mempengaruhi dan prestasi yang dicapai.
2. Guru, yaitu individu yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran (Syah, 2000).
Glover dan Ronning menyatakan bahwa psikologi pendidikan sebagai penerapan ilmu dan metode-metode psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar, pengajaran assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran.
Psikologi pendidikan merupakan bidang studi psikologi yang mempelajari, mengkaji perilaku individu, kelompok dan sosial dalam situasi pendidikan. Menurut Crow and Crow, psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami individu dari sejak lahir sampai usia lanjut terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi pembelajaran. Seperti yang dipelajari dalam bukunya sebagai berikut: “Educational psychologhy describes and explains the learning experiences of an individual from birth through old age. It is subject matter is concerned with the conditions that affect learning “ ( Lester D. Crow & Alice Crow, 1958:7)
Dari pengertian tersebut psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah-masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan, terutama yangmempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan ilmu pengetahuan :
  1. Ontologis : obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti pendidik, administrator, orang tua peserta didik.
  2. Epistimologis : teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan kajian ilmiah (rasional,sistematis, dan empiris) melalui berbagai cara, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
  3. Aksiologi : manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.
Dengan demikian psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi, metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.
Salah seorang guru besar psikologi University of New York City, Arthur S. Robert (1998) dalam Muhibbin (1995:12) psikologi pendidikan merupakan subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori-teori dan masalah-masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:
  1. Penerapan prinsip-prinsip dalam kelas.
  2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
  3. Ujian evaluasi bakat dan keterampilan.
  4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
  5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Psikologi pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah disiplin ilmu psikologi (subdisiplin ilmu psikologi) yang menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Hasil kajian psikologis ini dirumuskan dalam bentuk konsep, teori, dan metode yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan proses pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan. Dengan demikian psikologi pendidikan dapat digunakan sebagai kajian teoritis dan pedoman praktis yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Dari pendapat para pakar psikologi diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan satu kajian ilmiah yang (rasional, sistematis dan empiris) yang berfokus pada kajian masalah – masalah psikologis dalam mempelajari dan memahami gejala –gejala psikologis individu, kelompok maupun sosial dalam pelaksanaan proses pengajaran dan pembelajaran ( interaksi pendidik dengan peserta didik), dan stakeholders dalam dunia pendidikan.
Psikologi pendidikan terutama terfokus pada proses, dimana informasi, keterampilan, nilai, dan sikap diteruskan dari guru ke siswa ke dalam kelas. Psikologi pendidikan juga mencoba untuk membantu siswa dengan menerapkan pengertian metode psikologis untuk menyelesaikan masalah dalam situasi belajar dan mengajar.

  1. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Beberapa ahli merumuskan ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain adalah:
  1. Pokok bahasan mengenai “belajar” meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
  2. Pokok bahasan mengenai “proses belajar” meliputi tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
  3.  Pokok bahasan mengenai “situasi belajar” yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik terutama yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa. (Dalyono (2001)).
Berdasarkan dari uraian pokok-pokok bahasan tersebut, menjadi sangat jelas bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling vital dan sentral dalam pembahasan psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan, tergantung pada proses belajar siswa, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas.
Salah satu aplikasi psikologi sebagai ilmu adalah dalam pendidikan, di samping bidang-bidang lainnya seperti psikologi sosial, psikologis klinis, psikologi perkembangan, psikologi industri, psikometri dan lain-lain.

  1. MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI GURU
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa "diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik"
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
  1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
  1. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
  1. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
  1. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
  1. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
  1. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
  1. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidik yaitu menjadikan pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu karena setiap individu (siswa) itu berbeda, maka pendidik tidak bisa menyamaratakan intelegensi maupun kecakapan mereka. Mungkin saja satu anak tidak pandai dalam pelajaran Matematika tetapi pandai dalam menggambar, atau anak yang lain tidak pandai dalam menggambar tetapi pandai menyanyi. Pendidik mengetahui metode mengajar yang efektif karena setelah mengerti dengan perbedaan masing-masing individu, pendidik haruslah mampu menggunakan metode belajar yang mana untuk mengajar siswanya.
Pendidik memahami permasalahan anak didik karena selain mengajarkan ilmu kepada peserta didik, sedikit bayaknya harus tau masalah yang dihadapi peserta didik. Bisa saja siswa yang sering tertidur di kelas bukan karena malas, tapi harus membantu orang tuanya berjualan hingga larut malam, sehingga saat waktu jam belajar ia mengantuk.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik maupupun calon pendidik dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
    1. Untuk Mempelajari Situasi dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
1)      Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik);
Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
2)      Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas;
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh pendidik sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
3)      Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran;
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
4)      Memberikan Bimbingan kepada Peserta Didik;
Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
5)      Mengevaluasi Hasil Pembelajaran;
Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.

B.      Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
1)      Menetapkan Tujuan Pembelajaran;
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pendidik dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
2)      Penggunaan Media Pembelajaran;
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan pendidik untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
3)      Penyusunan Jadwal Pelajaran;
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas maupun membimbing peserta didik, guru harus memperhatikan segala aspek psikologis peserta didik tersebut, baik itu perkembangan, ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa agar mereka mampu tumbuh dan perkembang sesuai dengan harapan orang tua, guru dan masyarakat. Permasalahan yang ada pada anak hendaknya melibatkan komponen orang tua, guru, masyarakat dan konsuler dalam penyelesaiannya.
Guru harusnya memahami bahwa kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosi. Dua hal ini terkadang mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat. Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang mempebaruhi sisiwa dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh sebab itu, pendidik haruslah memperhatikan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran dikelas, karena dengan memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.
Psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru/pendidik. Dan penegasan ini pun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian dapat diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada para calon pendidik/guru.
Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon pendidik dapat mengambil manfaat dan keuntungannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi pendidik yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

bagus ka yuli, tapi ?
gak ada referensinya. . .

adenbuatblog.blogspot.com

Unknown mengatakan...

makasi ats ilmux v gk di tulis sumberx

Unknown mengatakan...

makasi ats ilmux v gk di tulis sumberx

Anonim mengatakan...

bagus tulisannya :) bisa minta referensinya gk ini?

Posting Komentar